Bina Sarana Informatika
Aku Hidup Untuk Tetap Belajar !!!
Aku Belajar Untuk Dapat Hidup !!!
Diajukan untuk mendapatkan nilai ujian Akhir Semester Pada Kuliah Character Building
Di Susun Oleh :
- Rudi Selamat (13120053)
- Marshall (13120145)
- Timothy (13120120)
- Herdin Zebua (13120152)
- Panji (13120088)
- Ari Randapati (13120001)
Jurusan Teknik Komputer
Akademi Manajemen informatika Dan Komputer Bina Sarana Informatika
Jakarta
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya maka Penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Anak Jalanan(ANJAL)” yang berjudul “Dilematika Anak Jalanan”.
Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Character Building.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada:
- Tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
- Kedua orang tua yang telah mendukung kegiatan kami
- Purwidianto selaku dosen mata kuliah Character Building
- Rekan-rekan kelas 13.2A.07
- Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini .
Jakarta, 10 November 2012
Kelompok 6
Daftar Isi
Kata Pengantar :.........................................………………………... i
Daftar Isi :..........................................………………………… ii
Bab I. Pendahuluan .................................................................................................. 1
I.1 . Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
I.2 . Batasan Masalah..................................................................... 3
I.3 . Tujuan Pembuatan Makalah................................................... 3
I.4 . Manfaat Pembuatan Makalah................................................ 3
I.5 .Landasan Teori............................................................................ 3
Bab II. Pembahasan..................................................................... 4
Bab III. Kesimpulan........................................................................ 5
Daftar Pustaka............................................................................................................BaB I
Pendahuluan
1.Latar Belakang Masalah
Istilah “Ngemis” bermula dari santri . Dalam sebuah artikel di Tijdscrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde(1882), L. van den Berg menjelaskan bahwa kata ini berawal dari kebiasan sebagian santri yang meminta-minta pada hari kamis (dalam bahasa Jawa, Kemis) , sehingga aktivitas itu disebut ngemis.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(1991 dan 2001), berasal dari “emis” dan punya dua pengertian:
1. “meminta-minta sedekah,”
2. “meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan.”
Dalam Practish Javaansch-Nederlandsch Woordenboek(1913) yang ditulis oleh P. Jansz disebut bahwa kata “ngemis” berasal dari “Kemis” yang punya dua arti, yakni “meminta-minta pada Kamis petang yang dilakukan oleh santri,” dan “meminta-minta dalam pengertian umum.” Sedang “pengemis” adalah orang yang meminta-minta.
Sepanjang sejarahnya, terutama dalam masa penjajahan, pesantren sebagai tempat belajar para santri adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang terjangkau oleh semua orang karena sifatnya yang gratis. Santri tidak dikenakan biaya untuk belajar di pesantren dan kiyai tidak menerima gaji untuk mengajar. Santri hanya perlu mengurus keperluan dirinya sendiri, mulai dari makanan, pakaian, peralatan belajar, bahkan terkadang tempat tinggal. Bagi santri yang datang dari kelurga yang cukup, mungkin mereka tidak mendapatkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi bagi mereka yang dari keluarga biasa dan miskin, yang merupakan mayoritas santri pada saat itu, tidak jarang harus bekerja untuk dapat menyambung hidup. Ada yang kerja dengan para petani, menggarap sawahnya,ataupun membantu pedagang berjualan.
Selain itu, ada pula yang menyambung hidup dengan cara meminta sedekah dari masyarakat sekitar. Tampaknya mereka yang meminta sedekah ini lebih suka melakukannya pada hari Kamis sore/petang karena itu berarti sudah hari Jum’at dan Jum’at adalah hari yang mulia dalam Islam. Aktivitas di hari Kemis inilah yang kemudian dikenal dengan “ngemis”.
Dalam perkembangannya, kata ini tampaknya mengalamai perluasan makna, yakni untuk semua kegiatan minta-minta, oleh siapapun dan kapanpun. Kemudian, kata ini juga diserap dalam bahasa Indonesia. Di sisi lain, persepsi masyarakat terhadap aktivitas meminta-minta juga berubah, menjadi negatif, karena adanya sebagian orang yang menggantungkan hidupnya dari meminta-minta dan menjadikannya sebagai profesi tetap.
Sehingga tidak heran kalau kita mendengar kata “ngemis” dan “pengemis” maka pikiran kita langsung tertuju pada gelandangan dan kaum dhuafa yang banyak kita jumpai di jalanan. Tidak terlintas dalam pikiran kita bahwa kata ini awalnya dipakai untuk menunjukkan salah satu kebiasan sebagian santri pada zaman dulu.
Sehingga tidak heran kalau kita mendengar kata “ngemis” dan “pengemis” maka pikiran kita langsung tertuju pada gelandangan dan kaum dhuafa yang banyak kita jumpai di jalanan. Tidak terlintas dalam pikiran kita bahwa kata ini awalnya dipakai untuk menunjukkan salah satu kebiasan sebagian santri pada zaman dulu.
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
I.2 Batasan Masalah
Pembahasan mengenai anak jalanan dan solusi untuk penanganannya, akan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Apa saja faktormunculnya anak jalanan?
2. Bagaimana perkembangan psikologis anak jalanan?
3. Masihkah ada ruang bagi anak jalanan?
4. Apa saja solusi yang tepat untuk problem anak jalanan?
I.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah character buildings sebagai nilai pengganti UAS. Pada kesempatan ini, kami melakukan observasi mengenai kehidupan pengemis.
Sedangkan tujuan pelaksanaan observasi serta penulisan makalah ini adalah :
- 1. Untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan observasi.
- 2. Memberikan gambaran kehidupan tentang pengemis.
- 3. Mengingatkan kita untuk lebih peduli terhadap sesama terutama pada mereka yang hidup kekurangan
Kami melakukan penelitian ini dengan mengangkat tema “Anak Jalanan”, dengan judul “Pengaruh Lingkungan Terhadap Anak Jalanan”, bertujuan untuk:
1. Dapat mengenali anak jalanan secara pendekatan.
2. Mengetahui latar belakang munculnya anak jalanan.
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munulnya anak jalanan.
4. Mencari tahu solusi yang tepat untuk menangani problem anak jalanan.
I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang telah kami lakukan yaitu:
1. Kami dapat lebih mengenali latar belakang anak-anak jalanan.
2. Mengetahui perkembangan psikologis anak-anak jalanan.
3. Mendapatkan pelajaran berharga dari mereka, tentang semangat mereka bertahan hidup.
I.5 Landasan Teori
Sebagai orang tua, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk keluarganya seringkali tidak mampu memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal.
Sample Gambar:
Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. Respon ini telah menjadi komitmen dunia international dalam melihat hak-hak anak. Ini terbukti dari lahirnya konvensi internasional hak-hak anak. Indonesiapun sebagai bagian dunia telah meratifikasi konvensi tersebut. Keseriusan Indonesia melihat persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam kategori anak Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak.
Sample Gambar:
Bab II
Pembahasan
Sample Gambar:
BAB III
PENUTUP
Syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat serta izin Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dalam pengerjaan makalah ini, kami telah berusaha dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang sebaik – baiknya.
Mudah- mudahan dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. AminBAB IV
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1.Upaya mengatasi anak jalanandilaksanakan melalui beberapa pendekatan diantaranya : ketersediaan peraturan daerah dan pendekatan kebijakan mulai dari tahap identifikasi sampai penanganan masalah anak jalanan secara serius.
2. Pola pendekatan yang dilaksanakan terhadap anak jalanan berupa pendekatan persuasif melalui mekanisme pengembangan kemampuan diri dan pendekatan preventif yakni dengan melaksanakan razia anak jalanan sebagai upaya langsung dalam mengurangi atau bahkan menghapuskan keberadaan anak jalanan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan anak jalanan meliputi faktor lingkungan sosial, budaya masyarakat dan migrasi masyarakat dari suatu daerah dengan tujuan akhir
4. Keberadaan anak jalanan sebagai suatu permasalahan perkotaan perlu untuk mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, terutama bagi instansi / dinas pemerintahan yang terkait dalam pengambilan kebijakan mengenai anak jalanan. Hal ini perlu dikembangkan dengan tetap mengacu pada pola kemitraan dan kerjasama antar lembaga.
5. Rata – rata faktor penyebab seseorang mengemis dikarenakan berada dalam hidup yang kekurangan . Oleh karena itu, kita harus lebih peduli terhadap sesama yaitu mereka yang hidup kekurangan dengan cara memberikan sedekah karena itu merupakan kebajikan. Walaupun ada juga seseorang yang menjadikan mengemis ini sebagai profesi .
6. Terdapat pro dan kontra terhadap keberadaan pengemis, hendaknya diambil sikap positif untuk menyikapi hal ini. Akan tetapi bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan tetap lebih baik jika dibandingkan dengan pengemis.
Saran
Dalam masyarakat terdapat pro dan kontra mengenai keberadaan pengemis. Namun hendaknya diambil sikap positif untuk menyikapi hal ini dengan cara bersikap lebih peduli terhadap sesama dan dicari solusi agar masyarakat yang kekurangan mendapatkan kehidupan yang lebih baik sehingga mereka tidak perlu mengemis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena memberi tentu lebih baik daripada meminta. Akan tetapi dalam pelaksanaannya harus diseimbangkan antara kebutuhan duniawi dan kebutuhan spiritual. Selain itu perlu adanya motivasi dan partisipasi dari berbagai pihak sehingga dapat ditemukan solusi tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Posting Komentar untuk "CHARACTER BUILDING -"